Sabtu, 23 Januari 2016

Tata Surya, Cerbung, 1

Terbangun disapa sang mentari bersama nyanyian burung, mungkin itu bisa dibilang awal hari yang baik. Bila indikasi pengawal hari adalah kedekatan sang mentari dengan horizon cakrawala dan kemerduan alam. 

Inilah membuat diriku bingung dengan keadaanku kini.



Diriku terbangun disambut bola biru besar bersama kegelapan yang berkerlipan. Bola biru itu mengingatkanku pada beberapa buku yang pernah kubaca, buku tentang planet-planet itu. Langit dibelakangnya menegaskan keberadaanku kini. Dan sensasi bebatuan dingin dibawah telapak kaki telah menamparkan realita tepat di wajahku.

Lima menit adalah waktu yang cukup untuk terkejut dan merenung. Alangkah positif kalau sekarang diriku mulai mengagumi dan menikmati kesempatan kini. Ya, siapa yang pernah bertamasya di bulan planet biru mengenakan piyama dan selimut saja? Ini wajib diingat untuk masa lansia nanti, diriku ingin disayangi cucu. 

Sip, langkah pertama tidak membawa malapetaka apapun. Langkah kedua pun nil. Diriku yakin langkah seterusnya tidak akan membunuh. Jadi kuputuskan untuk tidak selalu memperhatikan pijakan. Langit yang bagai malam adalah pemandangan nan elok. Pemandangan yang jarang bagi seorang anak es-em-a dari perkotaan seperti bandung. 

Ya, jarang. Dan lebih jarang lagi melihat cakrawala yang memancarkan cahaya. Diriku yakin yang di belakang sana adalah benda yang namanya sama dengan ku, Surya. Yang menerangi, memperlihatkan, dan bisa membutakan. Ah, langkah berikutnya bisa membunuh.

Tiba-tiba, aku mendengar suara seseorang.

"Bagaimana? Indah ya?" 
Suara yang membuatku menoleh dan melirik ke belakang dan melihat seseorang.


Kacau.
bukan gila, bukan kumuh, bukan bodoh, tapi kacau. Murni kacau. Itulah kesan pertama dari melihat orang itu. Aku ridak bisa kabur, entah mengapa itu yang pertama terpikirkan. Lututku menjadi payah, berdiri pun tak bisa. Lenganku pemberani, melindungi kepalaku. Namun tanganku menjadi gila, mencengkeram kepalaku yang sakit. Dan andai diriku berlari beratletik mengelilingi dunia 24-jam nonstop, belum tentu keringatnya seperti kini.

2 detik kemudian, aku tertunduk. Dogeza. Menangis. Tak karuan. Asu. Hilfe.

"Lah, instingnya tidak kuat ya? Maaf, aku lupa."

'Ctik' Orang itu menjentikkan jarinya, dan tubuhku kembali menjadi milikku.
Siapapun dia, dia bukan manusia, diriku yakin.

"Ya, memang bukan."

!?

"Aku adalah segalanya. Namun bukanlah segalanya. Tapi bisa segalanya. Bisa dibilang akulah satu entitas yang paling dicari manusia itu."

Diriku tidak mengerti, tapi mengerti.

"Gut! Nah, sekarang, tiga pertanyaan, silahkan!"

Pertanyaan? Pertanyaan apa?

"Apa saja. Aku akan menjawabnya."

Apakah yang tadi sudah termasuk?

"Yap! Kini tinggal satu lagi!"
EntrepreneuEntrepreneuEntrepreneu Sial. Tinggal satu kesempatan. Apa yang harus kutanyakan?

"Tidak ada yang harus, kau bebas memilih. Tapi lain kali, karena sekarang giliranku."

Bajingan.

"Karena ini kali pertama, pertanyaannya mudah saja yah."

Hah?

"Apa warna pakaian dalam milik Mega?"

Hah!?

"Kuberi kau waktu sehari. Pikirkan, renungkan, pertanyakan."
"Atau mungkin lihat saja."

Hah!?

"Selamat pagi." 
-Ctek-



.......


Mimpi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo, mohon bantu memupuk rasa percaya diri sang admin.
Anon, siapapun anda, saya akan menerima pesan apapun dari anda.