Sabtu, 30 Januari 2016

Tata Surya 4














"Kantin. 
Semua sekolah berbeda, namun biasanya kantin menjadi simbol hierarki sekolah. Di sini, lantai dua adalah khusus kelas tiga dan VIP kelas dua. Sisanya harus bertahan dengan 'kantin sehat' lantai satu. Dan, di lantai dua yang terkenal akan kenikmatannya itu, yang paling terkenal adalah nasi katsu ibu Mu'ah. Dengan batas produksi perhari, dan kenikmatan yang bagai godaan setan, tak heran harganya menguras kantung. Katsu lantai dua adalah puncak kemewahan dari es-em-a bikin stress ini. Dan aku kagum. Aku kagum kau membelikan aku ini."

"Sudahlah, cepat makan."



"Ahh... harumnya pun sudah membuatku berdosa. Dan hmm... kriuk ini..."

"Dirimu ingin dirampok?"

"Nope. No freaking way. Tapi aku jadi simpati melihatmu kelaparan di depan godaan setan. Jadi aku bawa sesuatu untukmu."

"Jadi, dirimu mengaku setan?"

"Ah, sepertinya katsu ini tidak cukup mengenyangkan."

"Oh, yang mulia Mega, izinkan hamba menarik kalimat itu."

"Diizinkan, namun keluarkan kalimat yang lebih baik.

"Oh Mega, tentu kebaikanmu itu bisa mengizinkan aku memakan roti kacang hijau itu."

Maka diriku diberkati roti.
Memang tidak cukup, tetapi setidaknya ada.

"Murid baru itu, kalau tak salah, Wulan itu, lumayan cantik yah. Kamu tak ikut pe-de-ka-te di sana?"

"Untuk apa? Kamu di sini."

"Aaanjaaaay."

Tapi sebenarnya, lebih tepatnya, diriku malas berdiri dan berkerumun.

"Pasti kamu malas berdiri saja. Atau malas berkerumun."

"Touche."

"Biarlah, memang kita begini."

"Sekali lagi aku telah jatuh hati."

"Ke selokan?"

Ah, sekali lagi.
Tapi sekarang aku galau.


                           -KILAS BALIK-

"Oy oy oy, kamu lupa?"

Lupa apa?

"Warna rahasia Mega."

Mega yang ini!?

"Ya, harus yang ini."

Warna rahasia bawahnya!?

"Bebas, atas atau bawah."

Harus?

"Harus."
                -KEMBALI KE KENYATAAN-

Aaaaaaahaaaah. Tolong. Aku harus bagaimana?

"Kenapa, Sur? Tampangmu bermasalah gitu."

"Tidak, tidak apa-apa."

"Waaa, rahasia-rahasia-an."

"Ih, kamu paranormal atau apa?"

"Hmh, na'if. Diriku sudah mencapai tingkatan parasuryanormal."

"Uwooh! Auranya!"

"Mwaaahaahaahaahaa!"

"Kalau begitu, sesuap nasi katsu bukan masalah kan?"

"Masalah. Besar."

"Pelit."

"Biar."


Aaaah, tatapan mata itu, suara itu, senyum itu...
Bagaimana mungkin aku tega melihat warna itu!?
Memang ingin, sih. Tapi bagaimana!?

Tanya?

            -Reka Adegan-

"Oh ya, Mega, warna pakaian dalammu apa?"

"Merah muda."

"Baiklah, terimakasih."


Nggak. Nggak mungkin.


          -Reka Baru-

"Oh ya, Mega, warna pakaian dalammu apa?"

"Mau lihat?"

"MAU!"


Ay karamba, tapi tak mungkin.


          -Reka Terbaru-

"Oh ya, Mega, warna pakaian dalammu-

"Tak kusangka dirimu serendah ini."

Nah, begitu baru benar.

          -Kembali Ke Kenyataan-

Lantas bagaimana lagi?
Menunggu angin dewa? Bagaimana kalau ada sinar dewa?

Mengangkat rok Mega? Membayar seseorang untuk mengangkat rok Mega?
Manusia macam apa aku!?

Aku harus bagaimana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo, mohon bantu memupuk rasa percaya diri sang admin.
Anon, siapapun anda, saya akan menerima pesan apapun dari anda.