
mendung /men·dung /
1 n awan yang mengandung hujan: -- hitam sudah merata di langit, sebentar lagi turun hujan;
2 a dalam keadaan langit yang agak gelap, tidak ada sinar matahari (karena tertutup awan): cucian tidak kering karena sepanjang hari udara --
Ya, dari sini, kita tambahkan bahwa mendung adalah ketika awan ada di antara matahari dan bumi. Bahwa mendung adalah ketika Mega ada di antara Surya dan dunia. Ketika Surya hanya bisa memandang Mega atau angkasa.
Aku, Surya, kini menunggu mendung yang sudah dijanjikan.
-10 Menit yang lalu, Perpustakaan Sekolah.-
"Sur."
"Ah, Mega, ada yang bisa dibantu?"
"Ya mungkin kau bisa menjelaskan mengapa sedari tadi kau membaca buku sembari melihatku seakan ingin melihat celana dalam penjaga perpus cantik."
Aw.
"Tapi tidak,, tidak ada waktu. Karena sekarang waktunya perpustakaan ini tutup."
"Keluar. Bergegaslah keluar. Aku ingin bergegas mengunci pustaka ini, dan bergegas pulang."
"Ah, siap."
"Nanti, kau bisa mengantarku sampai halte?"
"Tentu."
"Baiklah, tunggu di gerbang, sana."
"O-ke."
-Kembali ke kini-
Yap, mendung akan segera.
Helm, ada dua.
SIM, STNK, lengkap.
Kondisi kendara prima. Kondisi fisik prima.
Sempurna, tinggal menunggu mendung.
"Sur, thanks for waiting."
"Mendung."
"Mendung?"
"Benarkah?"
"Tidak. Tak usah dihiraukan. Pakai helm ini."
"Thanks."
"Ayo, sampai halte, kan?"
"Yup, ayo."
Aku mengambil posisi. Dia memakai helm, lalu mengambil posisi.
Kunci dalam posisi siap. Standar dalam posisi terangkat.
Maka tangan memutar stang.
Tahukah anda apa yang terjadi ketika stang sepeda motor diputar?
Ya, akan melaju ke depan.
Maka itulah yang terjadi sekarang.
"Sur, sekarang bisa menjelaskan yang di perpustakaan tadi?"
"Yang apa?"
"Yang dirimu ketika aku terduduk menjaga pustaka."
"Yang seakan menatap penuh nafsu."
Anjay.
"Aku terduduk dengan rok yang hanya sedikit di bawah lutut. Dirimu terduduk di meja yang tepat di depan mejaku. Kau membawa tiga buku yang kulihat kau hanya membaca satu dengan kecepatan membaca di bawah rata-rata."
"Itu membaca santai sambil memaknai tiap kata."
"Lalu ada kenalanmu mencoba duduk di depanmu. Kamu menyuruhnya bergeser seakan karena dia menghalangi pandanganmu."
"Itu, aku-
"Dirimu terlihat beberapa kali mengalihkan pandangan menuju keberadaanku. Alismu sedikit mengkerut seakan menunggu suatu mukjizat. Aku mencoba sedikit mengangkat kaki kanan. Raut wajahmu seakan mencerah. Aku menyilangkan kaki. DIrimu seakan membisikan kata 'hampir' dalam benak."
"Itu..."
"Jujurlah, apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu inginkan?"
Aku.. aku...
Aku ingin melihat apa yang kau kenakan di bawah situ demi mendapatkan kesempatan menanyakan pertanyaan eksistensial kepada suatu entitas yang kutemui dalam mimpiku semalam dan tadi siang.
"Aku hanya menunggu. Hanya sedang ingin mengantar."
"Benarkah?"
"Benar sebenar-benarnya benar membenarkan kebenaran benar."
"Ok, terserahlah."
Ok, dia curiga.
"...Pengecut."
"Hm? Aku merasa mendengar sesuatu yang amat tidak ingin kudengar?"
"Mungkin itu suara hati nuranimu saja?"
"Sudahlah, kita sudah sampai."
"Yey, terimakasih, Surya."
Maka stang kembali ke posisi semula. Aku tetap dalam posisi. Mega turun dan membuka helm. Mega tidak lupa mengibaskan rambut yang mungkin gerah.
"Kalau begitu, terimakasih sudah menunggu hanya untuk mengantarku."
"Sama-sama."
"Biru toska."
"Hah?"
"Sampai besok."
Maka Mega berarak tertiup angin. Dan Mega masuk ke dalam suatu bis.
Nah, biru toska?
BIRU TOSKA!?
BIRU TOSKA!?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo, mohon bantu memupuk rasa percaya diri sang admin.
Anon, siapapun anda, saya akan menerima pesan apapun dari anda.