Minggu, 28 Februari 2016

Purnamalam 3


Kuburan
Malam Jumat


Satu bulan berlalu.





Kuburan


"Ah, tuan tikus, apakah kamboja ini sesuai dengan selera anda?"
Suara feminim itu.
"Bagaimana dengan anda, tuan gagak? Belatung ini adalah kebanggaan di sini!"
Senyum manis itu.
"Ah, cukup. Kalian tentu sudah kenyang, ya?"
"Sekarang giliranku, ya?"
"Terimakasih, ya!"

Decit. Koak. 
Dahar.



"Aaaahh. Yang kenyang memang yang paling mengenyangkan ya!"
"Mungkin karena dikali-lipat ya? Atau dipangkat ya?!"
"Hah! Berarti tadi itu adalah dua kenyang pangkat kenyang ya!?"
"Berarti sekarang aku sudah pangkat berapa ya?"
"Sudah lebih dari Suharto itu ya!?"
"HAAAHAH!"
"Ah, wanita tidak boleh memamerkan mulut, ya!?"
"Jadi hihihi ya? Ya!"
"HIIIHIIIHIHIHIHIHIIII HIIIIHIHIHIIII."

"Rasanya seperti baru menonton film terburuk terkuno dalam sejarah indonesia."

Suara Maskulin. Lelaki. Tetapi asing. Siapa?

"?"

"Maaf, tapi warga resah."

Botol. 

"Maaf, yah."

Dibuka. Lalu hitam. Tak ada yang bisa dilihat.



Hanya ada yang bisa diingat. Mungkin ingatan 3 purnama yang lalu itu.




Yang sepertinya hanya diingat sang lelaki.

Ya, Juga saat purnama, juga malam gulita.
Dalam gang yang adalah langka dalam kampus itu.
Di mana sang lelaki adalah merasa tidak berdaya.


"Namun sekarang berbeda."


Lari. Hadang. Terjang. 
Ada yang jatuh, pecah.

"Apa yang kamu lakukan!?"
"Kamu akan menyesal!"

"Mungkin karena tidak ingin menyesal lagi?"

Maka botol baru pun keluar dari kantung lelaki asing.
Serangan baru juga keluar dari tubuh lelaki yang sudah tak asing.
Ah, tidak terlalu baru, namanya tendangan. 
Tapi cukup ampuh untuk melambungkan bongkahan kaca.

Tapi lelaki asing itu bukan sembarang. Dia hati-hati, teliti! Mungkn berbakat menjadi akuntan.
Ya! Rencana C! Atau lebih tepatnya disebut botol ketiga!

Sekali lagi terjadi tendangan, namun tidak kena! Pengalaman adalah guru terbaik!

Tapi, siapa yang pernah merasakan genggaman makhluk yang bukanlah hidup?
Yang sudah lama bermanifestasi, dan sudah banyak mengkonsumsi. Apalagi, kini sedang frustasi!

Ya! Lelaki itu tergenggam. Yang asing itu. 
Rencana C terjatuh dan pecah.
Namun tidak dihiraukannya!
Ya bagaimana tidak? Yang dihadapannya itu lebih menarik perhatian!
Mata merah bagai saga. Tak lupa yang terlihat seperti eye-shadow dalam film tahun 80-an itu.
Dan tak lupa ekspresi yang seperti marah itu! Yang mungkin dicampur rasa lapar itu.

Ah, dilema, dilema! 
Ini dilema terbesar selama seumur hidup sang lelaki asing itu!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo, mohon bantu memupuk rasa percaya diri sang admin.
Anon, siapapun anda, saya akan menerima pesan apapun dari anda.