Jumat, 25 Desember 2015

Mengenang Almarhumah Abdul Manan

"AMROZI!!! BERANI-BERANINYA KAU!"
"KALI INI TIDAK AKAN SAMA, TAMATLAH RIWAYATMU!"
"AMROZI!!!"

"Kek, mohon diam, itu Revan tak bisa tidur."

Begitulah kakekku. Tiap hari. Dia seorang veteran, dahulu angkatan udara. Tapi kini, jalan pun susah, pakai popok tak mau, merokok tiap hari, suka berteriak gitu pula. Lagipula siapa itu Amrozi? Kakek sudah terlalu tua.

Aku tidak pernah berlama dengannya. Rokok menjadi faktornya juga, tapi aku tidak tahu bagaimana berbicara dengannya.

Kakek ku... asing bagiku.

"AMROZI!!"

"Kek!"

Aku tidak tahan dengannya.

"Upi, kamu harus sopan pada kakek."

"Iya ,bu."

Tapi ibuku selalu memanjakannya.

Kudengar ibuku dididik kakek dengan keras. Dan dia jarang pulang walau nenek sudah tiada ketika ibu kecil. Tapi kenapa?

Ya, semuanya berakhir ketika dua januari.
Ulang tahunku, akhir hidupnya. Sungguh.

Sekeluarga dibawa ke Madiun untuk menguburnya. Kami dibawa sampai sebuah desa kecil. Pada malam itu, semuanya berdoa. Dan malamnya, aku meminjam korek.

Kunyalakan, kubuat permintaan, dan kutiup.

Begitulah kenangan sewaktu dulu. Aku masih ingat, ketika dia pergi, azan subuh berkumandang, ibuku menangis disampingnya memegangi tangannya. Pada saat itu, aku kebingungan. Apakah aku tidak punya air mata? Lalu aku pun sembunyi, menggumpal dalam sarung, merasa malu.


Sekarang, aku dalam ruang keluarga, menonton berita siang hari.
"Pelaku bom Bali telah terungkap."
"Terdakwa bernama Ali Amrozi, diputuskan untuk dihukum mati."

Ah, dia Amrozi itu.
Kakek hebat, bagaimana kakek bisa bertemu dengannya? Dulu kakek tentara yang bagaimana? Kenapa  kakek bisa menjadi orang seperti itu? Apakah dulu kakek selalu kesepian? Apakah kakek rindu nenek? Bagaimana bisa kakek menikah dengan nenek? Apakah beda negara beda agama bukan masalah?

Kakek, kenapa kakek sudah berpulang duluan? Kenapa aku tidak sempat menemanimu? Kenapa aku tidak mendengarkan ceritamu? Mengapa aku...

Ah, kek. Ternyata aku punya air mata lho.

Kata pembuka

Verdana. Cerita-cerita. Mungkin bergambar. Cukup.